Show/Hide Navigation Rizky's Blog

Rabu, 21 Juli 2010

Empat Tipe Kepribadian

1. Sanguinis

Kepribadian ini ditandai dengan 3 karakter utama, yakni ekstrovert, senang berbicara, dan selalu optimis. Orang sanguinis biasanya populer dan identik dengan popularitas. Oarang tipe ini juga memiliki kepribadian yang menarik, suka berbicara, emosional, humoris, ingatan yang kuat akan warna, mampu berbicara dengan memuka, demonstratif, ekspresif, antusias, periang, penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, good perfomance (termasuk di panggung), lugu dan polos, berhati tulus, hidup di masa sekarang, serta kekanak-kanakan.

Sayangnya orang sanguinis ini adalah orang yang menyukai kesenangan dan berkepribadian memikat, sehingga ia sering merasa tidak percaya bahwa ia bisa melakukan kesalahan. Mereka juga terlalu cerewet, mudah bosan, bertele-tele, suka membesarkan masalah, terlalu mementingkan diri sendiri, kurang peka, pelupa terutama terhadap nama, sulit untuk mendengarkan, kurang perhatian pada orang lain, sering menyela/ memutus pembicaraan orang lain, teman yang selalu berganti-ganti, tidak tertib, kekanak-kanakan alias tidak dewasa. Yah, itulah sosok yang sanguinis.

2. Koleris

Koleris adalah pribadi yang kuat. Ia adalah sosok yang ekstrovert, pelaku sebuah pekerjaan dan selalu optimis. Ia berbakat sebagai pemimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus senantiasa memperbaiki kesalahan, kemauan kuat dan tegas, tidak emosional, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri. Ia senantiasa memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja, motivator yang hebat, berorientasi pada target, detail, terorganisir dengan baik, cenderung untuk mencari pemecahan yang praktis, bergerak cepat, mendelegasikan pekerjaan, menekankan hasil, dan kompetitif.

Tetapi mereka selalu sok unggul dan meremehkan orang lain. Namun uniknya, mereka mampu memanipulasi (tingkat partisipasi rendah, dimana seseorang mengikuti orang lain tanpa tahu apa maksudnya) orang sehingga tunduk di bawah kendalinya. Mereka juga tidak sabaran, suka menasehati dan memberi solusi meskipun tidak diminta sehingga kesannya menjadi sok tahu dan sok care. Rata-rata mereka otoriter dan senang dengan pertempuran/ pertengkaran. Karena jika ia bertempur, dan ia menang maka itulah yang ia damba. Ia akan senang menyalahkan orang lain dan menganggap ia yang paling benar. Sayangnya, ia juga sulit untuk minta maaf. Maklum namanya juga jagoaaan...!!

3. Melankolis

Inilah orang yang sempurna! Ia introvert, pemikir, dan pesimis. Secara emosi ia adalah orang yang mendalam dan penuh pikiran. Ia juga analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistik dan musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, perasa, suka berkorban, penuh kesadaran dan idealis! Dalam hal pekerjaan, orang melankolis biasanya berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sangat rinci, gigih dan cermat. Ia juga tertib dan terorganisasi. Ia teratur, rapi, ekonomis, peduli dengan masalah meskipun remeh, pintar mencari pemecahan masalah secara kreatif, suka diagram, grafik dan daftar.

Orang melankolis adalah orang yang selalu merasa paling benar namun dengan kesungguhan dan sikapnya yang perfeksionis, ia mampu membuktikan bahwa ia adalah orang yang benar. Setidaknya meyakinkan orang-orang bahwa ia memang benar. Ciri negatif dari tipe ini, mereka biasanya memiliki citra diri yang negatif, alias minder. Jangan harap mereka mau sukarela maju ke panggung meskipun hanya untuk mengucapkan sepatah dua patah kata. Ini terjadi karena mereka merasa tidak aman secara sosial. Mereka juga sering menunda-nunda, karena terlalu banyak perhitungan, takut jika ia tak mampu melakukan dengan benar.

4. Plegmatis

Damai, itulah kesan terkuat yang didapat dari orang plegmatis. Ia adalah sosok yang introvert, pengamat dan pesimis. Ia rendah hati, mudah bergaul, santai, diam, tenang, sabar, dan baik keseimbangannya. Hidupnya konsisten, cerdas, simpatik, baik hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan dan efisien. Dalam pekerjaan ia cakap dan mantap. Damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administratif, menjadi penengah masalah, menghindari konflik, tetap baik meskipun di bawah tekanan, serta mampu menemukan cara yang mudah. Ia mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka menyinggung perasaan perasaan, pendengar yang baik, selera humor yang lumayan, suka mengawasi orang, punya banyak teman, punya belas kasihan dan perhatian.

Orang plegmatis juga memiliki kelemahan. Ia sangat butuh dimotivasi karena nyaris tak punya semangat. Ia sulit melakukan perubahan-perubahan, dan juga sangat malas! Karena kemalasannya, ia sering menunda-nunda pekerjaan. Ia nyaman dengan suasana yang jumud, yang bagi orang-orang sanguinis atau koleris tentu sangat menyebalkan. Dengan sendirinya, ia juga malas mencoba hal-hal baru. Hidupnya monoton. Meskipun ia memiliki keinginan, biasanya lebih suka dipendam dalam-dalam. Ia juga tidak berani mengambil keputusan, cenderung plin-plan dan sulit berkata tidak. Penyebabnya tentu anda memahami, ya... mereka tidak mau terlibat konflik dan tidak mau menanggung resiko. Namun jika ia sudah memiliki tekad untuk melakukan sesuatu ia pasti akan melakukannya, dan tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya.

Senin, 19 Juli 2010

Oleh Karenanya... Bintang itu Memang Ada Pada Anda

Ya, pada diri semua orang memang ada bintang, tepatnya potensi untuk menjadi bintang, seorang Gwen Stefani saja mengakui. "Saya kira setiap orang punya kelebihan dan bakat tersendiri," katanya. Akan tetapi, memang tak ada seorang pun yang terlahir sudah dalam keadaan menjadi bintang. Hatta seorang Einstei, Kholifah Umar bin Abdul Aziz, Sholahudin Al-Ayyubi, Gandhi... dan tokoh-tokoh besar lainnya, ketika terlahir dari perut ibunya sama-sama dalam wujud orok mungil yang tak mampu melakukan apapun kecuali menggerak-gerakkan tangan dan kaki serta menangis. Namun, tidak bisa kita pungkiri, pada bayi-bayi manusia besar tersebut, sama halnya dengan bayi-bayi lain, memiliki apa yang Gwen Stefani sebut sebagai kelebihan dan bakat. Yang membedakan ialah prosesyang kemudian terjadi pada bayi-bayi tersebut.
Secara umum proses itu bisa jadi analog satu sama lain. Bekerja keras, mendapat rintangan, tempaan yang datang terus menerus, serta berlatih dan terus berlatih. Hanya pada kenyataannya, ada yang setia pada proses tersebut, bertekun pada proses, sehingga menghasilkan produk prestasi yang benar-benar mencengangkan prestasi seorang bintang. Namun ada juga yang terpelanting dalam kejumudan yang membuat ia hanya bisa jalan di tempat, atau bahkan terbujur sebagai mayat yang terkubur dalam-dalam. Dalam hal ini perkataan Thomas Alfa Edison terbukti. Kesuksesan adalah 99% kerja keras dan 1% bakat.
Anda mungkin bisa melihat, bagaimana sebelum muncul menjadi salah satu tokoh ulama pembaharu dari India yang berpengaruh ke seluruh dunia, bertahun-tahun Syeikh Abdul A'laAl Maududi harus bertekun dengan proses, mengurung diri di sebuah perpustakaan, melahap habis manuskrip-manuskrip dan kitab-kitab tebal yang terdapat di dalamnya. Untuk membuat sebuah bola lampu pijar, Edison harus melakukan percobaan hingga ribuan kali.
Memang betul, untuk menemukan kebintangan kita tidak hanya kerja keras namun juga faktor lingkungan yang ada di sekitar kita. Seorang bintang tetap saja bintang, jika ia memang bertekad menjadi bintang. Keadaan lingkungan yang tidak mendukung pun bisa menjadi cambuk semangat yang luar biasa pengaruhnya.